Video yang dipublikasikan di internet tersebut dapat dijadikan bukti kejahatan perang.
Pemberontak Suriah mengatakan telah meluncurkan serangan
untuk menangkap pejabat penting di pangkalan udara militer di bagian
utara negara tersebut.
Video yang dipublikasikan di internet, menunjukan para
pejuang menyerang pangkalan Taftanaz dalam upaya untuk mengontrol zona
strategis dua kota besar di Suriah, Aleppo dan Damaskus.
Serangan itu terjadi sehari sebelum pertemuan penting para oposisi di Doha, Qatar.
Dan juga terjadi setelah pembunuhan sejumlah tentara Suriah
oleh pemberontak yang menimbulkan kecaman dunia internasional.
Serangan terhadap Taftanaz dilakukan pada malam hari, dengan
lima unit pemberontak yang berbeda membuka serangan dengan meluncurkan
roket, mortir dan senjata lain, menurut video tersebut.
Wartawan BBC Jim Muir, yang melaporkan dari Beirut,
mengatakan muncul kekhawatiran akan dilakukan operasi besar yang tak
hanya menyerang bandara tetapi mendudukinya.
Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan pemerintah telah
meningkatkan penggunaan kekuatan udara untuk menyerang daerah-daerah
yang dihuni oleh pemberontak, yang tidak memiliki senjata anti serangan
udara.
Pasukan pemberontak dilaporkan telah mengambil alih jalanan utama terutama di bagian barat daya Aleppo.
Video mengatakan kelompok pemberontak yang terlibat termasuk
sejumlah brigade dari tentara Pembebasan Suriah, tetapi juga radikal
Islam Front al-Nusra.
Koresponden BBC melaporkan bahwa meskipun belum ada
kepastian, al-Nusra disebut-sebut memiliki kaitan dengan pembunuhan
tentara militer yang ditangkap dua hari lalu di Saraqeb, sekitar 15 km
dari lokasi serangan terakhir.
Bukti kejahatan perang
Ribuan orang warga Suriah mengungsi ke negara tetangga menyusul konflik yang terjadi di negaranya.
PBB mengatakan video yang menunjukan pembunuhan tentara atau
milisi pro pemerintah dapat menjadi bukti tindakan kejahatan perang.
Dalam cuplikan gambar tampak seorang bersenjata memukul dan
menembak sekelompok tentara yang berada di lantai dalam kondisi gemetar.
Jumat lalu, AS mengatakan "mengecam pelanggaran HAM yang dilakukan semua pihak di Suriah".
Juru bicara Kementrian Luar Negeri Victoria Nuland
mengatakan: "Tidak ada pembenaran dari tindakan seperti itu. Setiap
orang yang melakukan tindakan kejahatan harus diperhitungkan."
Pertanyaan muncul atas tindakan brutal yang dilakukan
sejumlah unit pemberontak, dan menjadi kekhawatiran yang serius dalam
pertemuan oposisi yang digelar di Qatar pada akhir pekan ini.
AS mengharapkan adanya pemimpin baru akan membantu
mempersatukan berbagai elemen oposisi dan membawa penyelesaian dalam
kerusuhan yang telah menewaskan lebih dari 36.000 orang sejak pecahnya
protes melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad pada Maret 2011.
Perpecahan terjadi tidak hanya antara kelompok Islam dan
sekuler, tetapi juga antara tokoh oposisi yang berada di Suriah ataupun
di luar negeri.
Nuland mengatakan bahwa dibutuhkan kesamaan antara pasukan
pemberontak di Suriah dan organisasi diluar negara tersebut, yang dapat
bekerja dengan komunitas internasional.
Dalam pertemuan para oposisi yang digelar di Kairo pada Juli
lalu, menerima bahwa pemerintah Assad harus turun tetapi mereka gagal
untuk membentuk komite yang akan bertindak sebagai wakil oposisi di
internasional.
Pekan ini, AS memberi sinyal kepada oposisi kelompok yang
berada di luar negeri, Dewan Nasional Suriah, untuk menjangkau para
pemberontak yang berada di dalam Suriah.
Perwakilan yang akan hadir di Doha juga termasuk kelompok
sekuler dan agamis, juga tokoh Kurdi dan anggota pembelot Assad dari
sekte Alawite. detik.com