Iran mengklaim memiliki data militer Israel, yang diperoleh pesawat
nirawak (drone) Hizbullah, pejabat pertahanan Israel mengatakan.
Pesawat-pesawat
nirawak Hizbullah itu, kata Iran, berhasil terbang di atas
pangkalan-pangkalan penting Israel tanpa terdeteksi sepanjang bulan ini.
Pesawat-pesawat itu "mengirim data langsung, memotret
pangkalan-pangkalan sensitif Israel", kata ketua komisi pertahanan
parlemen Iran, Esmaeel Kosari, kepada televisi berbahasa Arab Al-Alam.
"Foto-foto area terlarang itu kini ada di tangan Iran," kata Kosari dalam wawancara yang ditayangkan Minggu (28/10/2012) malam.
Pada
6 Oktober lalu angkatan udara Israel menembak jatuh drone tak
bersenjata di atas gurun Negev setelah pesawat itu memasuk wilayah
udaranya dari Laut Mediterania.
Ketika itu militer Israel
mengabaikan dugaan pesawat itu dikirim dari Jalur Gaza, namun
menyelidiki kemungkinan militan Hizbullah yang mengirimnya.
Pada
11 Oktober pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan,
kelompoknyalah yang mengirim pesawat nirawak itu. Ditambahkannya,
pesawat itu "buatan Iran dan dirakit di Lebanon".
"Pesawat itu
terbang di atas instalasi sensitif dan penting Israel sepanjang puluhan
kilometer sebelum pihak lawan (Israel) melihatnya di atas (pangkalan
nuklir) Dimona," ujar Nasrallah tanpa menyebut fasilitas-fasilitas yang
dimaksud.
Iran membenarkan klaim Nasrallah dan mengejek pertahanan udara Israel.
Menteri
Pertahanan Iran Ahmad Vahidi mengatakan, penerbangan pesawat nirawak
itu "menghancurkan apapun yang dikatakan tentang sistem Kubah Besir"
(sistem pertahanan udara Israel).
Berbicara pada Al-Alam,
Kosari juga menegaskan pernyaaan Vahidi sebelumnya, bahwa Iran memiliki
lebih banyak pesawat nirawak yang mutakhir dibanding yang digunakan
Hizbullah.
"Iran saat ini memiliki pesawat nirawak yang memiliki
teknologi lebih maju ketimbang pesawat yang diterbangkan Hizbullah ke
wilayah udara Zionis baru-baru ini," kata Vahidi, Minggu.
Iran
sering menyombongkan kemajuan militer dan sainsnya, namun sejauh ini
negara itu belum menunjukkan bukti fisik. Karena itu para pakar militer
Barat meragukan klaimnya.
Pada kesempatan wawancara yang sama,
Vahidi menolak anggapan bahwa sanksi ekonomi terhadap Iran telah
mempengaruhi bidang militer dan kemajuannya.
"Sanksi tidak adil
Barat sama sekali tidak berpengaruh terhadap kemajuan pertahanan dan
kecakapan angkatan bersenjata Republik Islam Iran," tegasnya.