Rusia mengumumkan, negara itu menandatangani kontrak penjualan senjata
ke Irak senilai lebih dari 4,2 miliar dollar AS, antara lain, meliputi
penjualan helikopter tempur dan rudal darat ke udara.
Kepastian
tersebut terungkap dalam dokumen yang diterbitkan pada Selasa
(9/10/2012) dalam pertemuan antara Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev
dan Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki di Rusia. Dengan
penandatanganan ini, Rusia sekarang menjadi pemasok senjata terbesar
kedua ke Irak setelah Amerika Serikat. Di bawah pemerintahan Saddam
Hussein, Rusia merupakan pemasok utama senjata ke Irak.
Media
Rusia melaporkan, kontrak penjualan senjata meliputi 30 helikopter
tempur Mi-28NE dan 42 sistem rudal darat ke udara Pantsir-S1.
Pernyataan
bersama yang dikeluarkan setelah perundingan antara Perdana Menteri
Irak dan Perdana Menteri Rusia menyebutkan kontrak penjualan senjata
disepakati beberapa waktu lalu.
Mencari dukungan
Irak
mengirim delegasi, dipimpin antara lain oleh Menteri Pertahanan Saadoun
al-Dulaimi ke Rusia pada April, Juli, dan Agustus lalu. "Anggota
delegasi mempelajari pembuatan senjata militer Rusia, membahas masalah
teknis dan opsi komersial dari penawaran yang diajukan oleh perusahaan
negara Rosoboronexport, dan menandatangani kontrak senilai lebih dari
4,2 miliar dollar AS," demikian bunyi pernyataan bersama.
Beberapa
laporan menyebutkan, Rusia sedang mencari dukungan di kawasan Timur
Tengah ketika sekutunya, Suriah, terjebak dalam konflik internal.
Industri
pertahanan Rusia kesulitan menjangkau pasar Irak setelah invasi
pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada 2003 yang akhirnya menggulingkan
Saddam Hussein. Presiden Rusia Vladimir Putin menentang keras invasi
tersebut.
Ruslan Pukhov, Direktur CAST, lembaga kajian masalah
keamanan dan pertahanan Rusia, mengatakan, setelah Saddam Hussein
dijatuhkan, tampaknya Irak hilang selamanya sebagai konsumen senjata
Rusia. "Kontrak ini luar biasa," kata Ruslan Pukhov seperti dikutip
kantor berita Reuters.
www.kompas.com