Pasukan Konga UNIFIL Rebut Hati Warga Lebanon

 

Keberadaan Pasukan Kontingen Garuda yang bertugas di Lebanon dalam misi perdamaian UNIFIL, mendapatkan respon baik dan dapat merebut hati warga Lebanon. Hal ini disampaikan oleh Ibu Negara Lebanon, Wafa Sleiman yang dibacakan oleh Istri Ketua Parlemen Lebanon, Randa Berri dalam sebuah seminar yang bertajuk Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Misi Perdamaian Internasional yang diselenggarakan oleh KBRI Beirut.
Sebagaimana dilansir KBRI Beirut melalui laman resmi Kemlu RI, dalam kesempatan itu juga Randa Berri yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Komisi Nasional Perempuan Lebanon memberikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia atas terselenggaranya seminar tersebut. Menurutnya, seminar tentang peningkatan jumlah perempuan dalam misi perdamaian PBB merupakan wahana penting dalam meningkatkan kualitas misi perdamaian di suatu negara. 

Dalam kasus Lebanon misalnya, Randa Berri melihat tugas penjaga perdamaian memerlukan pendekatan yang dapat menyentuh hati serta mampu menunjukan pengertian terhadap kondisi dan situasi sosial-budaya dan agama masyarakat setempat.
“Tidak ada pihak lain yang mampu melaksanakan pendekatan tersebut dengan lebih baik, selain kaum perempuan,” tegas Randa Berri. 

Sementara itu Dubes RI untuk Lebanon, Dimas Samodra Rum dalam sambutannya mengatakan penyelenggaraan seminar merupakan realisasi perhatian Indonesia sebagai Negara pendukung perdamaian internasional yang turut menyadari bahwa peran serta pihak perempuan dalam misi perdamaian internasional sangat diperlukan. 

Menurut Dubes RI, PBB telah mengisyaratkan pentingnya peran anggota perempuan dalam tim penjaga perdamaian karena karakter dan kemampuan unik kaum perempuan dapat diterima oleh masyarakat setempat terutama kelompok perempuan, anak-anak dan orang tua.
“Resolusi PBB 1325 tahun 2000 memberikan mandat agar dunia internasional dapat meningkatkan partisipasi anggota perempuan dalam misi perdamaian dunia, total tentara penjaga perdamaian dunia saat ini, kurang dari 3%-nya adalah wanita dan dari total polisi hanya 20%nya adalah wanita. Sementara jumlah yang diamanatkan oleh Resolusi PBB 1325 adalah minimal 20% dari total tentara perdamaian dan minimal 30% dari total polisi perdamaian hendaknya wanita,” jelas Dubes Dimas 

Seminar dibagi menjadi dua sesi diskusi. Sesi pertama membahas bagaimana pandangan Negara penerima terhadap anggota perempuan dalam misi penjaga perdamaian. Sementara sesi kedua membahas tentang aspek-aspek sosial budaya dan agama yang menjadi pertimbangan pengiriman anggota perempuan dalam misi perdamaian. 

Sejumlah pembicara menyampaikan berbagai pandangan yang mengerucut pada pentingnya peran wanita dalam misi perdamaian PBB, tidak hanya demi kesetaraan gender tetapi karena memang wanita dibutuhkan dalam operasi perdamaian guna hasil yang lebih efektif. 

Pembicara yang hadir antara lain anggota Parlemen Lebanon Bahia Hariri, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN Dubes Bagas Hapsoro, Panglima UNIFIL Mayor Jenderal Paolo Serra, Komandan Kontingen Garuda Indonesia di UNIFIL Kolonel Darmawan Bakti, Presenter TV dan aktivis perempuan Paula Yacoubian, Prof. Dr. Hind Al-Soufi dari Universitas Lebanon, pegiat HAM Dr. Claudia Abi Nader, serta sejumlah Komandan Kontingen dari beberapa Negara di UNIFIL termasuk India, Korea dan Spanyol. 

http://www.pedomannews.com

Labels: