Amankan Pesawat Jatuh, Perwira TNI AU Ngamuk

 

Satu lagi armada TNI AU tumbang dari langit. Pesawat tempur Hawk 200 TT 0212 yang dipiloti Letda Reza terjatuh di Jalan Amal RT02/RW03, Vila Pandau Jaya, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (16/10) pukul 09.40 WIB. Yang bikin miris, peristiwa ini berlanjut dengan penganiayaan wartawan.

Pesawat sempat berputar-putar dan meledak tiga kali, hingga jatuh di pekarangan salah satu rumah warga, tak jauh dari SD Swasta 022 Yapsin. Pilot Reza selamat, karena sempat keluar dengan kursi pelontar yang mengenai atap rumah warga lainnya. Perlu tiga unit mobil pemadam untuk mematikan api yang berkobar.

Jeki (12) dan Salman (12), dua murid SD Swasta 022 menderita luka memar di bagian lengan kiri dan perut. Keduanya terkena serpihan tanah dan batu saat pesawat menghunjam bumi. “Saya kira saya akan mati,” kata Jeki.

Sang kakek Syamsul Bahri (62), yang kemudian menjemput Jeki, menyesalkan sikap petugas TNI AU yang dianggap tidak simpatik. “Pas saya jemput, ada orang AU itu. Saya bilang, ini cucu saya sakit (cedera). Dia datang. Habis itu bekas memar anak saya diperiksa dan ditepuk-tepuk. Dia bilang ‘tak apa ini, bawa pulang saja’,” kata Syamsul.

Lokasi pesawat kemudian dijaga sekitar 50 personel dari Paskhas TNI AU dan Lanud Pekanbaru. Hanya, upaya mereka mensterilkan area yang mulai dipadati warga terkesan berlebihan. Beberapa wartawan, juga warga sekitar, yang mencoba mengabadikan gambar pesawat diusir secara paksa hingga mengalami tindak kekerasan.

Empat wartawan, yakni Didik Herwanto (fotografer Riau Pos), Robi (kamerawan RTV), Ari (wartawan tvOne), dan Rian (wartawan Antara) mengalami luka-luka akibat dianiaya. Bahkan, kekerasan dilakukan langsung oleh perwira menengah.

Didik, yang coba mengambil gambar bangkai pesawat ketika lokasi belum dipasangi garis pembatas, tiba-tiba diserang oleh Kepala Dinas Personel (Kadis Pers) Lanud, Letkol Robert Simanjuntak. Setelah tangan dikunci dan dadanya dihantam dengan lutut kiri, telinga kiri Didik menerima satu pukulan lagi dari Robert. Penganiayaan dilakukan di depan puluhan murid SD.

Ponsel milik beberapa warga juga dirampas, karena dianggap mengambil gambar. “Kalau mau, ambil ke AURI,” ujar seorang warga menirukan bentakan petugas yang mengambil ponsel mereka.

Sore hari, Panglima Komando Operasi I TNI AU, Marsekal Muda Bagus Purhito datang meninjau lokasi didampingi Danlanud Pekanbaru, Kol Pnb Bowo Budiarto. Menurut Bagus, pesawat nahas itu take off dari Lanud sekitar pukul 08.56 WIB dalam rangka uji latihan rutin penerbangan.

Ia menegaskan, pesawat tahun pembuatan 1996 itu dalam kondisi bagus. “Untuk cuaca juga cukup bagus,” lanjutnya. Namun, soal penyebab, Bagus mengatakan sedang diselidiki oleh tim investigasi.

Dari Jakarta, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Sufaat menyatakan, seluruh pesawat jenis Hawk 200 akan di-grounded hingga diketahui penyebab kecelakaan. “Jangan-jangan nanti kalau kami pakai ada sesuatu lagi,” kata dia setelah menghadiri pembekalan Presiden SBY kepada peserta pendidikan Lemhanan di Istana Negara.

Saat ini, ada 32 unit pesawat Hawk 200 atau dua skuadron yang dimiliki TNI AU. Penempatannya dibagi dua, yakni di Pekanbaru (Riau) dan Pontianak (Kalimantan Barat).

Terkait kekerasan yang dilakukan aparat TNI AU terhadap jurnalis, Imam mengatakan ada sesuatu yang perlu dijaga kerahasiaannya mengingat jenis pesawat yang merupakan kategori pesawat tempur. “Nanti kalau misalnya (pesawat) bawa bom, nanti situ kena bomnya. Selain sebetulnya ada kerahasiaannya juga,” katanya.

Menkopolhukam Djoko Suyanto menambahkan, TNI AU bakal bergerak cepat mencari penyebab jatuhnya pesawat. “Nanti akan diselidiki, apakah karena faktor manusia, teknis, atau cuaca," katanya.

Kecaman terhadap kekerasan kepada wartawan seketika mengalir. Termasuk, dari kalangan politisi. "Kekerasan terhadap wartawan adalah tindakan antidemokrasi dan membelakangi kebebasan pers," tegas Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Karena itulah, dia mendesak insiden diinvestigasi tuntas. “Dan pelakunya diberikan sanksi yang tegas agar tidak terulang kembali pada masa yang akan datang," imbuhnya.

Hal senada disampaikan anggota Komisi V DPR Arwani Thomafi. Menurut dia, atas nama apapun dan oleh siapapun, kekerasan terhadap wartawan dan warga sipil di Riau sama sekali tidak dibenarkan. “Kami mengutuk dan meminta otoritas militer untuk memeriksa oknum TNI AU yang telah melakukan aksi kekerasan itu," tegas Arwani, yang juga ketua DPP PPP tersebut.
 
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/193/amankan-pesawat-jatuh-perwira-tni-au-ngamuk.html

Labels: